Hari
itu adalah hari Minggu, hari dimana sekolah diliburkan. Pagi hari setelah
bangun dan mandi aku bergegas menuju depan komputer. Mataku langsung terpaku
menatap layar komputer dari pagi hingga
siang. Aku mendengar dan melihat orang tuaku sedang membicarakan sesuatu di
ruang makan. Malam harinya, Ayahku menyampaikan sesuatu kepada kami semua. Kami
semua sekarang terduduk di ruang keluarga. Sambil menanti apa yang ingin
disampaikan oleh Ayah
Ayah :” 2 minggu lagi Ayah
akan dimutasi ke Malang”
Semua :”Hah, Apa iya?” (Terkejut)
Ivan : Apakah
kita memang harus pergi ke malang?
Ayah :Ya, itu merupakan suatu
perintah, jadi tidak bisa ditolak
Ivan :”Padahal
kita semua belum genap setahun berada di rumah ini, eh eh sebentar lagi
pindah”.
Adik :”Gak
papa lah, Bukankah enak kita bisa tinggal di tempat sedingin Malang, tidak
seperti di Jakarta yang panas ini, belum lagi kita bisa dapat teman baru, ya
kan?”
Ivan :”Iya
juga sih, tapi kita kan harus meninggalkan teman-teman kita yang di Jakarta”
Adik :”Iya
juga ya, tapi gak papa lah”
Sebelum
tidur aku terus memikirkan tentang hal tersebut. Hingga aku tertidur
Ivan :”Bagaimana ini apakah temanku
di Malang akan baik-baik?”
Ivan :”Akankah temanku dijakarta
merelakan kepergianku?”
Keesokan harinya, aku
menyampaikan berita ini kepada teman-temanku disekolah Sebenarnya aku juga
tidak terlalu suka menyampaikan berita buruk kepada orang lain, namun kali ini
aku harus menyampaikannya. Hal ini sontak membuat banyak temanku terkejut.
Ivan :”Bapakku
akan dimutasi ke Malang, jadi sebentar lagi aku akan pindah ke Malang”
Teman 1 :
“Bukankah
kamu baru bersekolah disini selama 1 tahun”
Ivan :
“Iya
memang begitu, tapi karena tuntutan pekerjaan ayahku aku harus pidah ke Malang”
Teman 1 :”Bagaimana
kalau kamu tinggal di sini saja, biar keluargamu saja yang pergi ke Malang”
Ivan :”
ditinggal
seharian keluar saja aku sudah bingung, bagaimana jika ditinggal hingga waktu
yang tidak ditentukan, sampai keluar provinsi pula”, (tertawa)
Teman 1 :”Ya
sudah lah, tidak apa-apa” (Kecewa)
Teman 2 :”Sudah
lah tidak apa-apa, kan masih ada hp atau media sosial, ini juga bukan
perpisahan untuk selama-lamanya kan?”
Ivan :”Iya
benar, bukankah aku memiliki nomermu, dan akun facebook mu
Teman 1 :”Oh
iya, benar juga ya” (Semangat)
Teman 2 :”Sebelum
kepergianmu kami berencana akan mengadakan pesta perpisahan, bagaimana
menurutmu?”
Ivan :”Hmm..
Bagaimana ya, ya baiklah boleh juga”
Teman 2 :”Nah
asik, nanti aku akan datang ke rumahmu ya”
Ivan :”Silahkan
saja”
Seminggu
sudah berlalu. Ada rasa senang yang mendominasi di dalam hatiku, karena sebentar lagi akan bersekolah dan
tinggal di kota Malang, namu ada juga rasa sedih ketika akan meninggalkan semua
teman lamaku di Jakarta,
Ayah : . “Tinggal seminggu
lagi waktu kita di Jakarta”,
Ivan :“Secepat
itu kah, seperti baru kemarin Ayah menyampaikan bahwa kita akan pindah ke
Malang”
Ayah :“Ya,
begitulah waktu”
Ivan :“Padahal
masih banyak yang ingin kukerjakan dengan teman-temanku”
Adik :“Iya
aku juga”
Ayah :“Tidak
apalah, masih ada waktu seminggu untuk bertemu dengan teman-teman kalian”
Keesokan
harinya bertepatan juga dengan hari terakhir sekolah, di semester genap.
Berbagai ucapan perpisahan ku dapatkan hari ini. Sepulang sekolah kulihat ada
beberapa kardus yang siap dibawa ke Malang melalui truk.
Ivan :“Asalamualaikum,
aku pulang” (Mengetok pintu dan melepas
sepatu)
Ibu :“Waalaikum salam”
Ivan :”Ini kardus isinya apa?”
Ibu :”Semua barang kita yang akan
diangkut ke Malang”
Ivan
:“Banyak juga ya”
Ibu :“Iya lah, ayo bantu
membereskan barang-barang”
Ivan :“Baiklah”
(Bergegas menuju kamar dan merapikan
barang-barang didalamnya)
Ibu :”Tolong
ambilkan lakban”
Ivan :“Ini”
(Menyodorkan Lakban)
Adik :“Aku
pulang, Asalamualaikum”
Ivan dan Ibu :”Waalaikum
salam”
Ivan :“Dek
tolong bantu-bantu bereskan barang-barang ya”
Adik :”Iya
baiklah, ngomong-ngomong mana internet dan tv kita”
Ibu :”Internet
kita sudah dicabut dari Telkom, tvnya juga begitu”
Adik :”
Yaah,
bagaimana kalau kita mau main game, atau melihat film-film”, keluh adikku”, (Kecewa)
Ivan :”
Sudahlah
nanti saja kalau sudah sampai di Malang”
Adik :”Hari
ini hari yang hampa, tanpa TV, Internet”
Ivan :”Sudahlah,
tolong ambilkan gunting!”
Adik :”Ini”
(Menyodorkan gunting)
Ivan :”Nah,
terima kasih”
Adik :”Sama-sama”
2
hari berikutnya kami baru selesai mengemasi seluruh barang. Kulihat diruang
tamu sudah terdapat berpuluh-puluh kardus bertumpuk-tumpuk siap dibawa ke
Malang. Hanya tersisa 2 buah kasur, surat-surat penting, beserta beberapa baju
kami di rumah itu. Tepat pukul 11 siang, kulihat truk pengangkut barang-barang
itu sudah datang.
Ayah : “Ayo bantu memasukkan
barang ke truk”
Ivan :”Ya
baiklah” (Mencoba mengangkat salah satu
kardus ke luar rumah)
Ivan :”Ini
isinya apa, kok berat sekali” (Mengeluh)
Ayah :”Tidak
tahu”
Ayah :”Sudah
kamu angkat yang ringan-ringan saja, jangan yang terlalu berat”
Ivan :”Baiklah”
(Kembali ke rumah untuk mengambil kotak
lagi namun yang lebih ringan)
Ayah :”Lihatlah
rumah ini, kosong seperti pertama kali kita menempatinya”
Semua :”Ya
benar”
Tinggal
tersisa 3 hari lagi sebelum keberangkatan .perpindahan kami bebarengan dengan
libur sekolah, jadi banyak orang yang ingin berlibur keluar provinsi. Sehingga
mengakibatkan banyak tiket yang habis.
Ayah :“Untung
saja begitu dapat kabar mutasi, Ayah langsung membeli tiket pesawat, lihatlah
semua tiket pesawat sudah habis”
Ivan :”Benarkah
begitu”
Ayah :”Lihatlah
ini” (Menyodorkan Koran)
Ivan :”Wah,
iya nyaris saja kita tidak dapat tiket”
Tiba-tiba
beberapa anak terdengar memangil namaku didepan rumah. Aku segera keluar
menemuinya.
Teman
1 :”Van, Ivan”
Ayah :”Itu temui dulu temanmu”
Ivan :”Baik” (Bergegas pergi ke teras rumah)
Ivan : “Ada
apa?” (Bingung)
Teman
1 : “Apa kamu lupa”
Ivan :”Lupa apa” (Bingung dan berusaha mengingat)
Teman
1 : “Hari ini kan pesta
perpisahanmu”
Ivan : “Oh
iya aku hampir lupa”
Teman
1 :” Bagaimana
sih kamu, masih muda kok sudah pelupa” (Tertawa)
Ivan :“Ya maaf”
Teman
1 :”Ayo udah ditungguin lho”
Ivan :”iya-iya sebentar, aku ijin
dulu ya” (Masuk kembali ke rumah)
Teman
1 :”Cepetan!”
Ivan :”Ma, pa pergi dulu ya!”
Ibu :”Tunggu dulu, kamu mau
kemana?”
Ivan :“Mau ke SD, anak-anak ngadain
perpisahan”
Ibu :”Sekalian
nitip ya, kayaknya tadi bajunya papa yang baru dilaundrikan
ketinggalan di sekolah pas mama lagi ngurusin surat pindahmu”
Ivan :”Kok
bisa, baju segede itu ketinggalan, disekolah lagi” (Tertawa)
Ayah :”
Eh,
sebentar-sebentar. Papa juga mau nitip tolong printkan di warnet ya tiketnya”
Ivan :
“Hah
tiket apa?”
Ayah :
“Ya
tiket pesawat kita lah”
Ivan :“Hah,
bukanya tiket itu bentuknya kayak buku dan di printkan, sana nya ya”
Ayah :
“Itu
kan dulu, sekarang kan pake e-ticket”
Ayah :”Udah
cepetan, udah ditunggu temanmu lho”
Ivan :”Iya-iya”
(Mencium tangan ayah dan ibu)
Ayah :”Jangan
lama-lama”
Ivan :”Asalamualaikum”
(Membuka pintu kemudian menutupnya kembali)
Ayah dan Ibu :”Waalaikum
salam”
Aku
bergegas pergi ke sekolah bersama adikku. Adikku juga satu sekolahan denganku
hanya saja terpaut 3 kelas dariku. Setibanya disana aku langsung menuju lab
TIK. Disana terlihat juga ada beberapa orang, termasuk guru TIK ku. Guru TIKku
juga merupakan sahabatku. Disana kami melakukan banyak hal, mulai
dari menyanyi bersama, melihat film bersama, foto-foto, dan berbagai hal
menyenangkan lainnya.. Pukul 16:00 kami akhirnya kembali kerumah masing-masing
saya hampir lupa pesan ayah saya. Saya kemudian segera bergegas pergi ke
warnet. Aku segera mengambil tempat dan mengeprint lembaran tiket tadi. Setelah
selesai aku langsung bergegas kerumah.
Ivan :“Ini pa tiketnya” (Menyerahkan tiket)
Ayah :”Terimakasih, ini ganti uang buat
ngeprint” (Menyodorkan uang)
Hari ini merupakan hari
keberangkatan kami. Pesawat kami berangkat pada pukul 15:00. Pukul 11:00
kulihat taksi bandara sudah berada tepat di depan rumahku. Kami segera
memasukkan koper kami ke dalam taksi dan bergegas berangkat ke Bandara
Soekarno-Hatta. Setibanya disana kami langsung check in dan menunggu di ruang
tunggu. Kulihat awan hari ini berwarna hitam pekat yang menandakan akan
terjadinya hujan. Terdengar pengumuman bahwa penerbngan kami di tunda akan
ditunda. “sial”, batinku. Untuk menghilangkan bosan, aku berjalan-jalan
mengelilingi terminal. Aku mencoba berjalan keluar menuju area jembatan gateway
atau jembatan yang biasa digunakan untuk menuju pesawat.
Ayah :”Itu
rupanya sudah waktunya bagi kita untuk segera masuk ke pesawat” (Bergegas berdiri, dan berjalan menuju ke
dalam pesawat)
Ivan :”Aku
duduk di sebelah jendela”
Semua :”Ya
terserahmu”
Penumpang
sudah memenuhi pesawat, mesin sudah berderu keras, dan pesawat sudah
mengelilingi landas pacu. Pesawat kami kemudian lepas landas dengan cepatnya.
Perlahan-lahan bandara soekarno-hatta sudah jauh dibelakang kita,
Ivan :”Sekarang kita sudah resmi
meninggalkan Jakarta”
Adik :”Ya benar, semoga kita
berkesempatan untuk dapat kesana lagi”
Perlahan daratan mulai terlihat
lagi, mula-mula terlihat laut. Kemudian mulai terlihat rumah penduduk dan
sawah-sawah.. Pragumari sudah menyampaikan bahwa sebentar lagi pesawat kami
akan segera mendarat. Pukul 17:30 pesawat kami akhirnya mendarat dengan mulus
di Bandara Juanda. Kami kemudian pergi ke rumah orangtua ayahku, dikarenakan
kami akan tinggal beberapa bulan disana, sebelum berpindah ke rumah yang baru,
saat kulihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 22:00.. Betapa lelahnya aku
hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar