Minggu, 22 Februari 2015

Contoh Naskah Drama Berdasarkan Pengalaman Pribadi




Hari itu adalah hari Minggu, hari dimana sekolah diliburkan. Pagi hari setelah bangun dan mandi aku bergegas menuju depan komputer. Mataku langsung terpaku menatap layar komputer dari  pagi hingga siang. Aku mendengar dan melihat orang tuaku sedang membicarakan sesuatu di ruang makan. Malam harinya, Ayahku menyampaikan sesuatu kepada kami semua. Kami semua sekarang terduduk di ruang keluarga. Sambil menanti apa yang ingin disampaikan oleh Ayah

Ayah               :” 2 minggu lagi Ayah akan dimutasi ke Malang”
Semua            :”Hah, Apa iya?” (Terkejut)
Ivan                 : Apakah kita memang harus pergi ke malang?
Ayah               :Ya, itu merupakan suatu perintah, jadi tidak bisa ditolak
Ivan                 :”Padahal kita semua belum genap setahun berada di rumah ini, eh eh sebentar lagi pindah”.
Adik                :”Gak papa lah, Bukankah enak kita bisa tinggal di tempat sedingin Malang, tidak seperti di Jakarta yang panas ini, belum lagi kita bisa dapat teman baru, ya kan?”
Ivan                 :”Iya juga sih, tapi kita kan harus meninggalkan teman-teman kita yang di Jakarta”
Adik                :”Iya juga ya, tapi gak papa lah”

Sebelum tidur aku terus memikirkan tentang hal tersebut. Hingga aku tertidur

Ivan                 :”Bagaimana ini apakah temanku di Malang akan baik-baik?”
Ivan                 :”Akankah temanku dijakarta merelakan kepergianku?”

 Keesokan harinya, aku menyampaikan berita ini kepada teman-temanku disekolah Sebenarnya aku juga tidak terlalu suka menyampaikan berita buruk kepada orang lain, namun kali ini aku harus menyampaikannya. Hal ini sontak membuat banyak temanku terkejut.

Ivan                 :”Bapakku akan dimutasi ke Malang, jadi sebentar lagi aku akan pindah ke Malang”
Teman 1         : “Bukankah kamu baru bersekolah disini selama 1 tahun”
Ivan                 : “Iya memang begitu, tapi karena tuntutan pekerjaan ayahku aku harus pidah ke Malang”
Teman 1         :”Bagaimana kalau kamu tinggal di sini saja, biar keluargamu saja yang pergi ke Malang”
Ivan                 :” ditinggal seharian keluar saja aku sudah bingung, bagaimana jika ditinggal hingga waktu yang tidak ditentukan, sampai keluar provinsi pula”, (tertawa)
Teman 1         :”Ya sudah lah, tidak apa-apa” (Kecewa)
Teman 2         :”Sudah lah tidak apa-apa, kan masih ada hp atau media sosial, ini juga bukan perpisahan untuk selama-lamanya kan?”
Ivan                 :”Iya benar, bukankah aku memiliki nomermu, dan akun facebook mu
Teman 1         :”Oh iya, benar juga ya” (Semangat)
Teman 2         :”Sebelum kepergianmu kami berencana akan mengadakan pesta perpisahan, bagaimana menurutmu?”
Ivan                 :”Hmm.. Bagaimana ya, ya baiklah boleh juga”
Teman 2         :”Nah asik, nanti aku akan datang ke rumahmu ya”
Ivan                 :”Silahkan saja”

Seminggu sudah berlalu. Ada rasa senang yang mendominasi di dalam hatiku,  karena sebentar lagi akan bersekolah dan tinggal di kota Malang, namu ada juga rasa sedih ketika akan meninggalkan semua teman lamaku di Jakarta,

Ayah               : . “Tinggal seminggu lagi waktu kita di Jakarta”,
Ivan                 :“Secepat itu kah, seperti baru kemarin Ayah menyampaikan bahwa kita akan pindah ke Malang”
Ayah               :“Ya, begitulah waktu”
Ivan                 :“Padahal masih banyak yang ingin kukerjakan dengan teman-temanku”
Adik                :“Iya aku juga”
Ayah               :“Tidak apalah, masih ada waktu seminggu untuk bertemu dengan teman-teman kalian”

Keesokan harinya bertepatan juga dengan hari terakhir sekolah, di semester genap. Berbagai ucapan perpisahan ku dapatkan hari ini. Sepulang sekolah kulihat ada beberapa kardus yang siap dibawa ke Malang melalui truk. 

Ivan                 :“Asalamualaikum, aku pulang” (Mengetok pintu dan melepas sepatu)
Ibu                   :“Waalaikum salam”
Ivan                 :”Ini kardus isinya apa?”
Ibu                   :”Semua barang kita yang akan diangkut ke Malang”
Ivan                 :“Banyak juga ya”
Ibu                   :“Iya lah, ayo bantu membereskan barang-barang”
Ivan                 :“Baiklah” (Bergegas menuju kamar dan merapikan barang-barang didalamnya)
Ibu                   :”Tolong ambilkan lakban”
Ivan                 :“Ini” (Menyodorkan Lakban)
Adik                :“Aku pulang, Asalamualaikum”
Ivan dan Ibu    :”Waalaikum salam”
Ivan                 :“Dek tolong bantu-bantu bereskan barang-barang ya”
Adik                :”Iya baiklah, ngomong-ngomong mana internet dan tv kita”
Ibu                   :”Internet kita sudah dicabut dari Telkom, tvnya juga begitu”
Adik                :” Yaah, bagaimana kalau kita mau main game, atau melihat film-film”, keluh adikku”, (Kecewa)
Ivan                 :” Sudahlah nanti saja kalau sudah sampai di Malang”
Adik                :”Hari ini hari yang hampa, tanpa TV, Internet”
Ivan                 :”Sudahlah, tolong ambilkan gunting!”
Adik                :”Ini” (Menyodorkan gunting)
Ivan                 :”Nah, terima kasih”
Adik                :”Sama-sama”

2 hari berikutnya kami baru selesai mengemasi seluruh barang. Kulihat diruang tamu sudah terdapat berpuluh-puluh kardus bertumpuk-tumpuk siap dibawa ke Malang. Hanya tersisa 2 buah kasur, surat-surat penting, beserta beberapa baju kami di rumah itu. Tepat pukul 11 siang, kulihat truk pengangkut barang-barang itu sudah datang.

Ayah               : “Ayo bantu memasukkan barang ke truk”
Ivan                 :”Ya baiklah” (Mencoba mengangkat salah satu kardus ke luar rumah)
Ivan                 :”Ini isinya apa, kok berat sekali” (Mengeluh)
Ayah               :”Tidak tahu”
Ayah               :”Sudah kamu angkat yang ringan-ringan saja, jangan yang terlalu berat”
Ivan                 :”Baiklah” (Kembali ke rumah untuk mengambil kotak lagi namun yang lebih ringan)
Ayah               :”Lihatlah rumah ini, kosong seperti pertama kali kita menempatinya”
Semua            :”Ya benar”

Tinggal tersisa 3 hari lagi sebelum keberangkatan .perpindahan kami bebarengan dengan libur sekolah, jadi banyak orang yang ingin berlibur keluar provinsi. Sehingga mengakibatkan banyak tiket yang habis. 

Ayah               :“Untung saja begitu dapat kabar mutasi, Ayah langsung membeli tiket pesawat, lihatlah semua tiket pesawat sudah habis”
Ivan                 :”Benarkah begitu”
Ayah               :”Lihatlah ini” (Menyodorkan Koran)
Ivan                 :”Wah, iya nyaris saja kita tidak dapat tiket”

Tiba-tiba beberapa anak terdengar memangil namaku didepan rumah. Aku segera keluar menemuinya.

Teman 1         :”Van, Ivan”
Ayah               :”Itu temui dulu temanmu”
Ivan                 :”Baik” (Bergegas pergi ke teras rumah)
Ivan                 : “Ada apa?” (Bingung)
Teman 1         : “Apa kamu lupa”
Ivan                 :”Lupa apa” (Bingung dan berusaha mengingat)
Teman 1         : “Hari ini kan pesta perpisahanmu”
Ivan                 : “Oh iya aku hampir lupa”
Teman 1         :” Bagaimana sih kamu, masih muda kok sudah pelupa” (Tertawa)
Ivan                 :“Ya maaf”
Teman 1         :”Ayo udah ditungguin lho”
Ivan                 :”iya-iya sebentar, aku ijin dulu ya” (Masuk kembali ke rumah)
Teman 1         :”Cepetan!”
Ivan                 :”Ma, pa pergi dulu ya!”
Ibu                   :”Tunggu dulu, kamu mau kemana?”
Ivan                 :“Mau ke SD, anak-anak ngadain perpisahan”
Ibu                   :”Sekalian nitip ya, kayaknya tadi bajunya papa yang baru dilaundrikan ketinggalan di sekolah pas mama lagi ngurusin surat pindahmu”
Ivan                 :”Kok bisa, baju segede itu ketinggalan, disekolah lagi” (Tertawa)
Ayah               :” Eh, sebentar-sebentar. Papa juga mau nitip tolong printkan di warnet ya tiketnya”
Ivan                 : “Hah tiket apa?”
Ayah               : “Ya tiket pesawat kita lah”
Ivan                 :“Hah, bukanya tiket itu bentuknya kayak buku dan di printkan, sana nya ya”
Ayah               : “Itu kan dulu, sekarang kan pake e-ticket
Ayah               :”Udah cepetan, udah ditunggu temanmu lho”
Ivan                 :”Iya-iya” (Mencium tangan ayah dan ibu)
Ayah               :”Jangan lama-lama”
Ivan                 :”Asalamualaikum” (Membuka pintu kemudian menutupnya kembali)
Ayah dan Ibu  :”Waalaikum salam”

Aku bergegas pergi ke sekolah bersama adikku. Adikku juga satu sekolahan denganku hanya saja terpaut 3 kelas dariku. Setibanya disana aku langsung menuju lab TIK. Disana terlihat juga ada beberapa orang, termasuk guru TIK ku. Guru TIKku juga merupakan sahabatku. Disana kami melakukan banyak hal, mulai dari menyanyi bersama, melihat film bersama, foto-foto, dan berbagai hal menyenangkan lainnya.. Pukul 16:00 kami akhirnya kembali kerumah masing-masing saya hampir lupa pesan ayah saya. Saya kemudian segera bergegas pergi ke warnet. Aku segera mengambil tempat dan mengeprint lembaran tiket tadi. Setelah selesai aku langsung bergegas kerumah.

Ivan                 :“Ini pa tiketnya” (Menyerahkan tiket)
Ayah               :”Terimakasih, ini ganti uang buat ngeprint” (Menyodorkan uang)

            Hari ini merupakan hari keberangkatan kami. Pesawat kami berangkat pada pukul 15:00. Pukul 11:00 kulihat taksi bandara sudah berada tepat di depan rumahku. Kami segera memasukkan koper kami ke dalam taksi dan bergegas berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Setibanya disana kami langsung check in dan menunggu di ruang tunggu. Kulihat awan hari ini berwarna hitam pekat yang menandakan akan terjadinya hujan. Terdengar pengumuman bahwa penerbngan kami di tunda akan ditunda. “sial”, batinku. Untuk menghilangkan bosan, aku berjalan-jalan mengelilingi terminal. Aku mencoba berjalan keluar menuju area jembatan gateway atau jembatan yang biasa digunakan untuk menuju pesawat. 

Ayah               :”Itu rupanya sudah waktunya bagi kita untuk segera masuk ke pesawat” (Bergegas berdiri, dan berjalan menuju ke dalam pesawat)
Ivan                 :”Aku duduk di sebelah jendela”
Semua            :”Ya terserahmu”

Penumpang sudah memenuhi pesawat, mesin sudah berderu keras, dan pesawat sudah mengelilingi landas pacu. Pesawat kami kemudian lepas landas dengan cepatnya. Perlahan-lahan bandara soekarno-hatta sudah jauh dibelakang kita, 

Ivan                 :”Sekarang kita sudah resmi meninggalkan Jakarta”
Adik                :”Ya benar, semoga kita berkesempatan untuk dapat kesana lagi”

            Perlahan daratan mulai terlihat lagi, mula-mula terlihat laut. Kemudian mulai terlihat rumah penduduk dan sawah-sawah.. Pragumari sudah menyampaikan bahwa sebentar lagi pesawat kami akan segera mendarat. Pukul 17:30 pesawat kami akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara Juanda. Kami kemudian pergi ke rumah orangtua ayahku, dikarenakan kami akan tinggal beberapa bulan disana, sebelum berpindah ke rumah yang baru, saat kulihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 22:00.. Betapa lelahnya aku hari ini.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar