Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam saluran nafas. Digolongkan sebagai penyakit yang menular. Penularan TBC adalah dari buliran dahak yang mengandung kuman TBC yang dihirup oleh penderita sehat. Penularan TBC tidaklah semudah Infeksi Akut saluran napas lain (ISPA) namun keistimewaan kuman ini adalah kemampuan nya untuk tetapi tinggal dalam paru tanpa menginfeksi hingga ratusan bahkan ribuan tahun (dorman). Pada saat daya tahan tubuh seseorang melemah oleh berbagai keadaan maka kuman ini akan mengalami aktivasi dan membelah diri secara cepat dan menginfeksi.
Sebenarnya mengetahui apakah kita atau anggota keluarga mengidap TBC tidaklah terlalu sulit. Namun pada awal infeksi seolah memang tidak ada gejala atau gejala mirip infeksi akut saluran nafas. Yang khas dari infeksi Mycobacterium tuberkulosis adalah batuk kronik lebih dari 3 minggu yang tanpa atau dengan berdahak atau berdarah. Kekhasan ini yang menggiring pasien untuk menemui dokter selama ini tidak terjadi biasanya kasus yang di dapatkan adalah dalam keadaan sudah luas.
Gejala lain adalah penurunan berat badan karena menurunnya nafsu makan, mengakibatkan pula menderita menjadi lesu dan pucat. Batuk yang sering berkembang menjadi nyeri dada dan bahu yang sedikit terangkat karena ada sesak napas. Keadaan ini biasanya sudah lanjut. Batuk darah itu menandakan terbentuknya lubang (kaviti) pada oragan paru dan hal ini menunjukkan keadaan infeksi yang suatu saat berpotensi kegawatan bila terjadi batuk darah yang masif
Banyak dokter yang pada awalnya sulit menafsirkan hal ini , dan sering terkelirukan dengan demam lain seperti tifus atau infeksi pernapasan bawah (pneumonia) dan hanya memberikan antibiotik bukan anti tuberkulosis yang berakibat ketidak sembuhan malah memperparah. Keadaan klinis pasien yang naik turun antara sehat dan sakit kadang membuat pasien bingung dan frustasi. Sering dalam praktek klinik sehari hari ditemukan pasien sudah berkeliling dokter untuk mencari kesembuhan sampai ditemukan TBC paru sebagai penyebab keluhannya. Dalam hal ini pemeriksaaan foto rontgen dada atau paru akan sangat membantu para dokter untuk membedakan asal-usul infeksi.
Berikut gejala yang sering terjadi pada penderita TBC
- Batuk lama > 3 minggu
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Sesak napas dengan penampakan kedua bahu mengangkat
- Batuk darah
- Nyeri dada
- Demam dengan keringat terutama pada malam hari
Setelah ada kecurigaan ini, sebagai pasien kita harus mengingatkan para dokter yang mungkin menganggap ini bukan TB tidak lah salah. permintaan foto rontgen sebagai langkah awal adalah bijak karena dengan pemeriksaan ini dilakukan (terutama pasien dewasa akan tampak kelainan khas di foto rontgen dada (toraks) yaitu bercak putih pada puncak paru. Segeralah memeriksakan dahak untuk memastikan kuman TBC ada atau tidak karena dengan ini kita mengetahui potensi penularan dan berguna kelak untuk evaluasi pengobatan. Ingat ! TBC tidaklah mati dengan antibiotik.
Pengobatan TBC adalah jangka lama yaitu minimal 6 bulan dan harusnya tidak putus teratur mengkonsumsinya agar tercapai kesembuhan dan eradikasi kuman TBC. keadaan putus obat atau minum obat tidak teratur akan berakibat terjadinya resistensi kuman atau kekebalan terhadap lini pertama obat anti tuberkulosis. Kekebalan ini akan menuntut pengobatan dengan jangka yang lebih lama dengan jumlah obat yang lebih banyak sehingga akan membuat keadaan semakin tidak mengenakkan karena obat dengan efek samping yang banyak. Keadaan ini disebut sebagai TBC resistensi obat.
Obat oabat TBC lini pertama adalah
- Rifampisin
- Isoniazid atau INH
- Pirazinamid
- Ethambutol
- Streptomycin
Pemberiaan obat obat harus disesuaikan dengan berat badan karena dengan dosis berlebihan akan menimbulkan efek samping yang lebih banyak dan dapat menjadikan TBC lebih berat. Alergi obat patut juga menjadi perhatian karena sering menimbulkan efek kulit gatal.
Pada anak, diagnosis TBC paru lebih sulit dibandingkan dengan dewas karena gambaran foto rotgent yang tidak khas. Sering pasien menjadi salah diagnosis tidak TB dianggap TB (overdiagnosis) atau sebaliknya underdiagnosis kerap terjadi baik dilakukan oleh dokter umum sampai seorang spesialis sekalipun. Gejala yang paling khas pada anak adalah berat badan yang tidak naik dan timbul beberapa benjolan pada kelenjar di daerah leher bagian kiri dan kanan. dengan pemeriksaan laboratorium kerapkali juga tidak terdiagnosis dan akhirnya dibutuhkan uji tuberkulin yang dikenal sebagai mantoux test. dengan uji yang benar dan pembacaan yang benar maka diagnosis ini menjadi lebih meyakinkan. pada anak juga mendapat obat anti tuberkulosis yaitu Rifampisin, Isoniazid dan Prirazinamid saja selama kurun waktu 6-12 bulan dan evaluasi kesembuhan adalah berkurangnya gejala dan bertambahnya berat badan
Pencegahan penyakit ini sebenarnya tidaklah sulit. Penularan kerap terjadi dari dewasa ke anak oleh karena itu penderita TBC jangan terlalu dekat dengan anak termasuk berkomunikasi atau berciuman. Penularan dari dewasa ke dewasa tidaklah terlalu mudah yang patut diperhatikan adalah ketika ada penderita dirumah jangan diperlakukan pembedaan (isolasi) barang-barang atau makanan karena penderita ini perlu dukungan. Keberhasilan penularan bergantung pula keteraturan pengobatan dan orang orang disekitarnya sebaiknya pula di cek apakah menderita juga atau tidak. Tidak berludah atau batuk sembarangan akan memperkecil risiko penularan dan penjagaan imuniti (daya tahan tubuh) dengan konsumsi makan bergizi.
(sumber, kesehatan.kompasiana.com)
0 komentar:
Posting Komentar