Rabu, 25 Februari 2015

Contoh Bab II (Analisis dan Pembahasan) Karya Tulis Ilmiah


ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Dalam bab analisis dan pembahasan ini penulis akan menjabarkan analisis dan pembahasan yang meliputi (1) pengertian formalin, (2) pengertian boraks (3) Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa, (4) dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa, (5) faktor penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa, (6) faktor penyebab penggunaan boraks pada jajanan siswa, (7) pengujian sederhana pada beberapa sampel jajanan di SMP Negeri 20 Malang beserta pembahasanya, (8) solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan formalin pada jajanan siswa, (9) solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa, (10) pembahasan hasil angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan   Siswa SMP Negeri 20 Malang”

2.1       Pengertian Formalin

2.1.1    Karateristik Formalin


 Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan berbau sangat menusuk. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehid berupa gas dan larutan formalin mengandung 10-40%  
Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.

2.1.2    Proses Pembuatan Formalin

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida, satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain yaitu:  Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.

2.1.3    Kegunaan Formalin

            Formalin digunakan dalam berbagai bidang, antara lain:
(1)               Bidang kesehatan, antara lain digunakan sebagai : desinfektan dan pengawet mayat, antiseptik,  dan fiksasi jaringan
(2)             Industri perkayuan dan plywood, antara lain digunakan sebagai perekat
(3)             Industri plastik, antara lain digunakan sebagai bahan campuran produksi
(4)             Industri tekstil, resin, karet dan fotografi antara lain digunakan sebagai mempercepat pewarnaan
(5)             Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea
(6)             Bahan pembuatan produk parfum
(7)             Pengawet produk kosmetika
(8)             Pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa
(9)             Pencegah korosi untuk sumur minyak

2.1.4                Sejarah Formalin

Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, yang kemudian diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

2.1.5    Dampak Formalin pada Tubuh Manusia

Batas paparan formaldehid 2 ppm, dan dosis fatal formalin 60-90 ml. Paraformaldehid/trioksimetilen merupakan bentuk polimer formaldehid yang akan terurai menjadi formaldehid jika terkena panas dan digunakan sebagai fumigan. Paraformaldehid ,kadang-kadang juga mengandung formaldehid bebas meskipun formaldehid merupakan metabolit normal dalam tubuh manusia, kadar yang tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan kematian sel. Minimal, sebagian efek toksik disebabkan oleh perubahan formaldehid menjadi asam formiat. Akibat keracunan formaldehid, terutama kolaps dan anuria.

2.1.6    Peraturan Mengenai Formalin

Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar bebas dengan harga murah. Adapun landasan hukum yang dapat digunakan dalam pengaturan formalin yaitu: 
(1)               UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
(2)               UU nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.
(3)               UU nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
(4)               Kepmenkes nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan tambahan makanan.
(5)               SK Memperindag nomor 254 tahun 2000 tentang tataniaga impor dan peredaran bahan berbahaya.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan pada Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes.  Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia, menyatakan formalin mengandung 37% formaldehida dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10 persen methanol.

2.2       Pengertian Boraks

2.2.1    Karateristik Boraks

Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O) adalah campuran garam mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi, yang merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, PH 9,5. stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol.

2.2.2    Sejarah Boraks

Asam borat pertama kali disusun oleh Wilhelm Homberg (1652-1715) dari boraks, oleh aksi asam mineral, dan diberi nama sal sedativum Hombergi” ("garam penenang dari Homberg"). Namun borat, termasuk asam borat, telah digunakan sejak Yunani Kuno untuk membersihkan, menjaga makanan, dan kegiatan lainnya

2.2.3    Proses Pembuatan Boraks

Asam borat, atau Sassolite, ditemukan dalam keadaan bebas di beberapa distrik vulkanik, misalnya, di wilayah Tuscany Italia, Kepulauan Lipari dan negara bagian Amerika Serikat Nevada. Dalam pengaturan vulkanik terjadi masalah, tercampur dengan uap, dari celah di dalam tanah. Hal ini juga ditemukan sebagai konstituen dari banyak mineral alami, seperti boraks, borasit, boronatrokaisit dan kolemanit. Asam borat dan garamnya ditemukan dalam air laut. Senyawa ini juga ditemukan pada tumbuhan, termasuk hampir semua buah-buahan.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat (H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa  Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat dari logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan ammonium klorida.Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.  Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003).Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa borat yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di JawaTengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga dapat menghasilkan rupa yang bagus. Boraks biasanya digunakan dalam makanan misalnya, pada bakso, kerupuk, mie basah, dan sebagainya. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.

2.2.4    Bleng

Bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar.Bleng memiliki sinonim, antara lain: natrium biborat, natrium piroborat, dan natrium tetraborat. Bleng merupakan bentuk tidak murni dari boraks, Sedangkan boraks merupakan asam borat murni buatan industri farmasi. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah.

2.2.5    Kegunaan Boraks

Berbagai macam industri menggunakan asam borat yang dianggap memiliki toksisitas yang relatif rendah. Bermacam produk yang mengandung asam borat juga dapat ditemukan di pasaran mulai dari insektisida, kosmetik, salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu(Aminah dan Himawan, 2009)
Asam borat memiliki tingkat keasaam rendah dan dapat digunakan untuk berbagai proses industri seperti mengolah kayu, membuat berbagai material tahan api, membuat semen, dan menciptakan reaksi terkontrol pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Asam borat juga merupakan pengawet dan penyerap kelembaban yang baik. Senyawa ini dikenal memiliki toksisitas rendah sehingga aman digunakan sebagai pembasmi jamur, semut, dan kecoa.
Asam borat memiliki pula sejumlah manfaat pengobatan. Senyawa ini bekerja sebagai antiseptik ringan dan efektif mengobati beberapa kondisi kulit seperti jerawat dan ruam ringan. Asam borat umum digunakan untuk mengatasi infeksi jamur dan dalam bentuk encer dimanfaatkan sebagai obat cuci mata.

2.2.6    Dampak Boraks

            Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai komponen makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria, koma. Boraks dapat juga merangsang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan depresi, apatis, sianosis, hipotensi, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram/1 kg pangan
Bleng atau boraks juga digunakan dalam pembuatan makanan, antara lain:
(1)               Karak/lempeng, sebagai komponen pembantu pembuatan gendar
(2)               Mie, sebagai pengawet
(3)               Lontong, sebagai pengeras
(4)               Ketupat, sebagai pengeras
(5)               Bakso, sebagai pengawet dan pengeras
(6)               Kecap, sebagai pengawet
(7)               Cenil, sebagai pengeras

2.3       Dampak Negatif yang Diakibatkan Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa

Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, tenggorokan terasa terbakar, serta kegerahan.
Keracunan formalin/paraformaldehid melalui melalui mulut dapat mengakibatkan sakit perut yang segera timbul diikuti kolaps, hilang kesadaran, dan anuria. Kemungkinan timbul rasa mual, muntah, dan kematian disebabkan oleh gagal peredaran darah. Kain dan kertas yang mengandung formaldehid bebas pada beberapa orang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis karena reaksi sensitivitas. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Formalin dapat sangat berbahaya apabila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.
Dampak akut adalah efek pada kesehatan manusia yang dapat secara langsung terlihat, seperti: iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.
Dampak kronik adalah efek pada kesehatan manusia yang dapat terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, seperti : iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, system susunan saraf pusat dan ginjal.
Formaldehid yang masuk melalui mulut diencerkan, diadsorpsi, dan dibuat tidak aktif dengan diberi susu, karbon aktif, air. Tiap senyawa kimia organik, akan membuat formaldehid menjadi tidak aktif.
Keracunan formaldehid melalui inhalasi menyebabkan iritasi pada saluran nafas, selain itu juga merangsang mata. Beberapa orang mungkin sensitif pada formaldehid pada kadar 1 ppm gejala lain yang dapat timbul pada ppm rendah, antara lain edema laring, dan reaksi sensitivitas pada kulit seperti urtikaria.

2.4       Dampak Negatif yang Diakibatkan Penggunaan Boraks pada Jajanan

             Siswa

Bahan pengawet berarti setiap bahan yang dapat menghambat, memperlambat, menutupi atau menahan proses fermentasi, pembusukan, pengasaman atau dekomposisi lainnya di dalam atau pada setiap bahan pangan.Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakansebagai pengawet makanan.Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan.Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanansehingga menghasilkan rupa yang bagus,
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organtubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi yaitu10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia.Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolismemanusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalamorgan hati, otak dan testis.Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaannamun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria (Artika, 2009). Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguanotak, hati, lemak dan ginjal.
            Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf  pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah,diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus ,kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dankulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa. Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hinggaseminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut (Saparinto dan Hidayati, 2006):
(1)          Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
(2)          Sakit kepala, gelisah
(3)          Penyakit kulit berat
(4)          Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
(5)          Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
(6)          Hilangnya cairan dalam tubuh
(7)          Degenerasi lemak hati dan ginjal
(8)          Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang
(9)          Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning
(10)      Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala

2.5       Faktor Penyebab Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penjual jajanan menggunakan formalin. Menurut penulis beberapa faktor yang berpengaruh adalah sebagai berikut.
(1)   Harga bahan baku
Harga dari bahan baku makanan tentu sangat berpengaruh terhadap harga jual makanan tersebut. Harga dari  Formaldehid tidak mencapai kisaran Rp 1.000,00  per-liter bila kita bandingkan dengan harga Natrium Benzoat yang mencapai  kisaran Rp 18.000,00 per-kilogram. Dengan perhitungan ini maka akan terjadi perbedaan harga bahan baku yang cukup signifikan sekitar Rp 17.000,00. Hal ini tentu mengakibatkan penjual lebih memilih untuk menggunakan Formaldehid.

(2)   Mengawetkan makanan
Formaldehida bisanya digunakan dalam industri kimia, industri kayu, serta dalam bidang kedokteran. formaldehida sering dijumpai dalam makanan yang mudah busuk. Seperti ikan asin, mie basah, tahu, dan sebagainya.
Makanan yang diberi bahan pengawet alami akan bertahan selama kurang lebih 2 hari dalam suhu kamar. Namun dengan penggunaan formalidehida. Makanan akan bertahan selama kurang lebih 5 hari dalam suhu kamar. Hal ini tentu mengakibatkan pedagang lebih memilih untuk  menggunakan formaldehida dibandingkan dengan menggunakan bahan pengawet alami

(3)   Faktor ketidak tahuan
Kami menduga faktor ketidak tahuan dapat menjadi faktor yang menyebabkan penjual menggunakan formalin. Hal ini dapat disimpulkan karena formalin dapat didapat secara bebeas dengan harga yang sangat terjangkau serta tanpa cara penggunaan. Penggunaan formalin dalam kadar berapapun dilarang digunakan dalam jajanan. Namun dalam aplikasinya beberapa penjual curang menggunakan dalam kadar secukupnya.

2.6       Faktor Penyebab Penggunaan Boraks pada Jajanan Siswa       

            Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penjual jajanan menggunakan boraks. Menurut penulis beberapa faktor yang berpengaruh adalah sebagai berikut:
(1)   Harga bahan tambahan
Pada beberapa makanan seperti bakso dan cincau. Bila terasa keras maka akan memberikan rasa yang kurang pas. Tentu bila bakso dan cincau tersebut terasa kenyal akan terasa lebih sedap. Hal ini menimbulkan pedagang menggunakan bahan tambahan makanan sebagai pengguggah rasa. Harga dari sebungkus boraks dapat ditemui dengan kisaran harga Rp 1.000 Perbungkus. Bila dibandingkan dengan pengenyal bakso yang penulis dapati dengan kisaran harga lebih dari Rp 100.000 per kg. Tentu menggunakan boraks lebih menguntungkan bila sebagai pedagang kecil. Dan berdasar sumber dari sebuah koran elektronik bahwa boraks dapat dengan mudah dibeli secara bebas. Tentu penggunaaan nya pun semakin meningkat

(2)     Memperbaiki tekstur
Boraks biasanya digunakan dalam industri kimia, industri kayu, serta dalam bidang kedokteran. Boraks dapat digunakan sebagai pengenyal/sebagai pengeras. Hal ini ditimbulkan karena sifat dasar dari boraks itu sendiri. Sebagian besar siswa menyukai makanan yang memiliki kekenyalan lebih dari biasanya. Hal ini akan memicu penjual untuk berlomba membuat tekstur yang bersifat unik. Ditambah dengan persaingan dengan sesama pedagang.

(3)     Faktor ketidak tahuan
Menurut penulis hal ini juga dapat terjadi pada boraks.Boraks dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dari makanan. Boraks juga dapat didapat secara bebas dengan harga yang sangat murah. Bila kita tarik sudut pandang penjual, kebanyakan penjual secara umum kurang mengetahui dampak dari penyalahgunaan boraks. Penggunaan boraks dalam makanan pun dalam kadar secukupnya. Seedangkan bila kita tarik sudut pandang pembeli, kami menyimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 20 Malang sedikit yang dapat mengenali jajanan yang terindikasi mengandung boraks. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena penggunaan boraks dalam makanan semakin sering ditemukan.

2.7       Analisis Kualitatif terhadap Jajanan di SMP Negeri 20 Malang

Pada pengujian sederhana ini penulis menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
  
Tabel 1.           Alat yang digunakan untuk melakukan analisi kualitatif terhadap jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang
No
Alat
Jumlah
Fungsi
1
Cawan porselen
5 buah
Memanaskan Sampel yang akan diuji
2
Tabung reaksi
8 buah
Tempat pereaksian Sampel yang akan diuji
3
Sumbat tabung reaksi
6 buah
Menyumbat tabung reaksi
4
Corong kaca
1 buah
Membantu memasukkan cairan pereaksi kedalam tabung reaksi
5
Korek api
secukupnya
Menyalakan pembakar spirtus
6
Spatula
1 buah
Mengambil padatan sampel
7
Lumpang alu
1 buah
Menghaluskan sampel yang akan dianalisis
8
Tripod
1 buah
Tempat untuk membantu pemanasan sampel
9
Kasa asbes
1 buah
Tempat untuk membantu pemanasan sampel
10
Pembakar spirtus
1 buah
Memanaskan sampel



Tabel 2.      Bahan yang digunakan untuk melakukan analisis kualitatif terhadap jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang
No
Bahan
Jumlah
Fungsi
1
Reagent FMR
Secukupnya
Menguji sampel yang dicurigai mengandung formalin
2
Methanol
Secukupnya
Menguji sampel yang dicurigai mengandung boraks
3
Asam Sulfat  Pekat
Secukupnya
Menguji sampel yang dicurigai mengandung boraks
4
Boraks
Secukupnya
Sebagai pembanding
5
Formalin
Secukupnya
Sebagai pembanding









2.7.1    Metode Pengujian Boraks

1)         Tumbuk sample hingga halus dengan mortar, kemudian timbang sample sebanyak ± 3 gram sample.
2)        Masukkan ke dalam cawan porselen, Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat, dan 10 ml methanol kemudian nyalakan.

2.7.2    Metode pengujian formalin

(1)     Sampel dilumatkan dengan cara digerus dengan mortar, kemudian ditambahkan aqua destilat hingga menjadi larutan.
(2)     Ambil setengah sendok teh dan masukkan dalam botol uji yang telah disediakan.
(3)     Campur dengan 10 ml reagent test FMR. Tutup botol dan kocok dengan kuat selama 5 menit.
(4)     Tunggu selama 5 menit apabila warna dari larutan berubah menjadi ungu maka makanan tersebut diidentifikasi positif mengandung formalin.
Pengujian pada 4 sampel utama dan 2 sampel acak Sampel utama diambil dari kantin dan depan SMP Negeri 20 Malang

 Tabel 3.      Hasil analisis kualitatif terhadap jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang
Sampel
Kandungan Formalin
Kandungan Boraks
Sampel utama 1
Positif, karena larutan sampel bewarna ungu kehitaman
Negatif, Karena nyala api pada sampel berwana dominan merah sedikit biru
Sampel utama 2
Positif, karena larutan sampel bewarna ungu kehitaman
Positif, Karena nyala api pada sampel bewarna dominan biru
Sampel utama 3
Positif, karena larutan sampel bewarna ungu kehitaman
Positif, Karena nyala api pada sampel bewarna dominan biru
Sampel utama 4
Negatif, karena larutan sampel bewarna umgu muda serta terdapat endapan
Negatif, karena nyala api bewarna dominan merah
Sampel acak 1
Positif, karena larutan sampel bewarna ungu
Positif, karena nyala api pada sampel bewarna dominan biru
Sampel acak 2
Positif, karena larutan sampel bewarna ungu
Positif, karena nyala api pada sampel bewarna dominan biru
            Setelah melakukan pengujian ini dapat penulis simpulkan bahwa jajanan di sekitar SMP Negeri 20 Malang belum sepenuhnya bebas dari penyalahgunaan formlain/boraks. Untuk meminimalisir kesalahan. Penulis juga melakukan pengujian kepada boraks dan formalin yang tersimpan pada Lab Biologi SMP Negeri 20 Malang.Hasil pengujian pada boraks menunjukkan nyala api biru dan pada formalin warna larutan menunjukkan ungu kehitaman

2.8       Solusi yang Dilakukan untuk Mencegah Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa


2.8.1    Tindakan Preventif

                        Makanan yang mengandung formalin umumnya awet dan dapat bertahan lebih lama. Formalin dapat dikenali dari bau yang agak menyengat dan kadang-kadang menimbulkan pedih pada mata. Bahan makanan yang mengandung formalin ketika sedang dimasak kadang-kadang masih mengeluarkan bau khas dari formalin yang menusuk. Makanan yang diberi formalina akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan,bakso, mie basah atau ayam yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucingmemiliki penciuman yang tajam terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium bau formalin pada bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman yang tajam sehingga hewan ini tidak akan makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika ayam atauikan yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan maka ayam dan ikan tersebut sudah diberi formalin
Makanan yang diberi formalin tidak akan didatangi dan dikerubungi oleh lalat. Lalat memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan yang matimaka akan langsung datang menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika ayam dan ikan diberiformalin maka lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips ini dapat kita pakai saat hendak membeli bahan makanan di pasar.
Berikut adalah ciri-ciri bahan makanan yang sudah terkontaminasi dengan formalin:
(1)   Pada Ikan
a)       Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu 25 derajat Celsius.
b)      Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
c)       Warna daging ikan putih bersih.
d)      Bau menyengat, yaitu bau formalin.

(2)   Pada Tahu
a)         Tidak rusak jika disimpan sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
b)         Bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es
c)          Tahu terlampau keras teksturnya, namun tidak padat
d)        Bau agak menyengat, bau formalin

(3)   Pada Bakso
a)         Tidak rusak sampai lima hari jika disimpan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
b)        Teksturnya sangat kenyal
c)          Aromanya/baunya menyengat terutama kalau sudah atau sedang dimasak

(4)   Mie
a)         Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celsius)
b)        Bau agak menyengat, bau formalin
c)         Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal

2.8.2    Tindakan Represif

Hal represif yang dapat dilakukan adalah melakukan deformalinisasi / mengurangi kadar formalin dalam makanan. Tindakan ini dapat diambil bila makanan yang terbeli positif mengandung formalin. Hal yang dapat dilakukan untuk melakukan deformalinisasi adalah sebagai berikut :
(1)   Ikan Asin
Proses deformalinisasi ikan asin, dapat dilakukan dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam tiga macam larutan, yakni: air, air garam dan air leri. Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan kadar formaldehida hingga 61,25% , perendaman dengan air leri selama 60 menit dapat menurunkan kadar formaldehida hingga mencapai 66,03%, sedangkan perendaman pada air garam selama 60 menit dapat menurunkan kadar formaldehida hingga 89,53%. Sehubungan dengan  makin berkurangnya kadar formaldehida dalam ikan asin tersebut, maka resiko yang ditimbulkan saat mengkonsumsinya akan berkurang.
(2)   Tahu
Proses deformalinisasi pada tahu dapat dilakukan dengan merebusnya dalam air mendidih kemudian diikuiti dengan proses penggorengan. Hal ini akan menurunkan kadar formaldehida dalam tahu dengan cukup signifikan. Sehubungan dengan makin menurunnya kadar formaldehida dalam tahu, maka resiko yang ditimbulkan saat mengkonsumsinya akan berkurang.
(3)   Mie
Proses deformalinisasi pada mie dapat dilakukan dengan cara merendam mie dalam air panas selama 30 menit, Hal ini dapat menghilangkan kadar formaldehida hingga 98%. Sehubungan dengan makin menurunnya kadar formaldehida dalam mie, maka resiko yang ditimbulkan saat mengkonsumsinya akan berkurang
(4)   Ikan Segar
Proses deformalinisasi pada ikan segar, dapat dilakukan dengan cara  merendam ikan segar dalam larutan batrium benzoat. Dan dalam larutan asam etanoat/cuka 5% selama 15 menit. Hal ini dapat menurunkan kadar formaldehida dengan cukup signifikan. Sehubungan dengan beerkurangnya kadar formaldehida dalam ikan segar, maka resiko yang ditimbulkan ketika kita mengkonsumsinya akan berkurang.

2.8.3    Saran Alternatif

Dalam hubungannya dengan dampak negative Formalin, maka imunitas tubuh sangat memegang peranan dalam memblokade serangan senyawa-senyawa toksik dalam Formalin. Jika imunitas tubuh dalam kondisi rendah, sangat mungkin Formalin yang dengan konsentrasi rendah sekalipun akan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Beberapa saran agar dapat hidup secara nyaman dan aman dengan Formalin, yang pertama adalah. usahakan tetap tenang dan memakai pikiran logis. Kita harus meningkatkan kewaspadaan serta kejelian dengan memperhatikan kualitas dan kondisi barang serta harganya. Yang kedua, teliti dan cermat sebelum mengkonsumsi makanan. Biasanya, makanan yang mengandung Formalin memiliki penampilan fisik yang sempurna, daging sudah tidak terlalu kenyal, berat makanan bertambah, dan tercium bau bahan kimia.Hal tersebut dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun. Yang ketiga, Jika memungkinkan, pakailah bahan pengawet, tingkatkan konsumsi makanan suplemen kesehatan sebagai pemblokade partikel racun yang masuk ke dalam tubuh, dan juga meningkatkan stamina dan imunitas tubuh dalam menghadapi keadaan lingkungan yang terburuk.

2.9       Solusi yang Dilakukan untuk Mencegah Penggunaan Boraks pada  

            Jajanan Siswa

2.9.1    Tindakan Preventif

Sebagai tindakan pencegahan, penulis menyarankan untuk mengenali jajanan yang mengandung boraks dengan ciri-ciri sebagai berikut:

2.9.1.1 Ciri-Ciri Umum:

(1)   Tekstur jajanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal
(2)    Jajanan tidak mudah basi dalam jangka waktu 2-3 hari dalam suhu kamar, sedangkan pada jajanan yang tidak mengandung bahan kimia, normalnya hanya bertahan selama 1 hari dalam suhu kamar.
(3)    Biasanya jajanan ini memiliki rasa yang asin dan juga pahit, tetapi rasa pahit dari jajanan biasanya masih tertingggal di bagian pangkal dari lidah.

2.9.1.2 Ciri-Ciri Pada Beberapa Makanan

(1)   Bakso
a)      Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
b)      Tahan lama atau awet beberapa hari.7
c)      Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun tengah.
d)     Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul
e)      Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.
(2)   Gula Merah
a)      Sangat keras dan susah dibelah.
b)      Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam
(3)   Lontong
a)      Tahan lama
b)      Tekstur kenyal
c)      Warna putih bersih
d)     Rasanya getir

2.10     Pembahasan Hasil Angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”.

Pada nomor 1 dengan soal “Apakah jajanan di dalam SMP Negeri 20 Malang sudah bebas dari formalin dan boraks?”. 48 siswa menjawab Ya, 15 siswa menjawab tidak,dan 37 siswa menjawab ragu- ragu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP Negeri 20 Malang meyakini bahwa jajanan dikantin SMP Negeri 20 Malang sudah aman dan terbebas dari boraks dan formalin, selain itu, dapat juga disimpulkan bahwa masih banyak siswa SMP Negeri 20 Malang yang masih ragu-ragu dengan keamanan dan bebasnya jajanan di SMP Negeri 20 Malang dari formalin dan boraks.
Pada  nomor 2 dengan soal “Apakah Anda sudah mengetahui apa dampak negatif dari jajanan yang mengandung formalin dan boraks?” 78 siswa menjawab ya, 4 siswa menjawab tidak, dan 8 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 malang mengetahui dampak negatif dari penggunaan formalin dan boraks dalam jajanan.
Pada nomor 3 dengan soal “Apakah jajanan di sekitar SMPN 20 Malang sudah aman dari formalin dan boraks?”  32 siswa menjawab ya, 22 siswa menjawab tidak, 50 siswa mejawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian  besar siswa SMP Negeri 20 Malang ragu terhadap keamanan dan bebasnya jajanan yang dijual di sekitar SMP Negeri 20 malang dari formalin dan boraks.
Pada nomor 4 dengan soal “Apakah pengolahan jajanan di dalam SMP Negeri 20 Malang sudah bersih dan higenis ?”  32 siswa menjawab ya, 18 siswa menjawab tidak, 50 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 malang meragukan kebersihan dan kehigenisan dalam pengolahan  jajanan di kantin SMP Negeri 20 Malang.
Pada  nomor 5 dengan soal “Apakah orang tua Anda pernah melarang Anda untuk membeli jajanan sembarangan?”  77 siswa menjawab ya, 11 siswa menjawab tidak, 12 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua siswa sudah memberikan pengawasan pada keamanan dari jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang.
Pada nomor 6 dengan soal “Apakah Anda menyukai jajanan disekitar sekolah daripada jajanan dikantin sekolah?” 20 siswa menjawab ya, 23 siswa menjawab tidak,  57 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 Malang merasa ragu-ragu terhadap r kepada jajanan disekitar SMP Negeri Malang, dapat juga disimpulkan bahwa sebagian kecil siswa SMP Negeri 20 Malang menyukai jajanan di sekitar SMP Negeri 20 Malang
Pada nomor 7 dengan soal “Apakah Anda lebih menyukai jajanan yang terasa kenyal?” 8 siswa mejwab ya, 50 siswa menjawab tidak, 42 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa SMP Negeri 20 malang tidak menyukai jajanan yang terasa kenyal yang dapat diindikasikan mengandung boraks.
Pada nomor 8 dengan soal “Apakah harga dari jajanan dapat menentukan bebas atau tidaknya dari formalin dan boraks?”  30 siswa menjawab ya, 30 siswa menjawab tidak, 40 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa Siswa SMP Negeri 20 malang ragu bila harga dapat berpengaruh terhadap kesehatan jajanan.
Pada nomor 9 dengan soal “Apakah Anda lebih menyukai memakan jajanan ringan untuk menghilangkan rasa lapar?” 30 siswa menjawab ya, 28 siswa menjawab tidak, 42 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil siswa SMP Negeri 29 malang menyukai jajanan untuk menghilangkan lapar
Pada nomor 10 dengan soal “Apakah Anda lebih menyukai jajanan di luar dari pada makanan di rumah?”  17 siswa menjawab ya, 49 siswa menjawab tidak 34 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP Negeri 20 Malang lebih menyukai makanan di rumah.
Pada nomor 11 dengan soal “Apakah masakan yang anda makan sudah bebas dari formalin dan boraks?” 39 siswa menjawab ya, 14 siswa menjawab tidak, 56 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 Malang ragu bila makanan yang dimakan bebas dari formalin dan boraks.
Pada nomor 12 dengan soal “Apakah Anda dapat mengenali jajanan yang menggunakan formalin dengan yang tidak menggunakan formalin?”  33 siswa menjawab ya,  24 siswa menjawab tidak,  43 siswa menjawab ragu-ragu
 Pada nomor 15 dengan soal “Apakah Anda dapat mengenali jajanan yang menggunakan boraks dengan yang tidak menggunakan boraks?”  41 siswa menjawab ya, 18 siswa menjawab tidak, 41 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 20 Malang sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai formalin dan boraks
pada nomor 13 dengan soal “apakah Anda dapat mengenali jajanan yang mengandung formalin dan boraks?” 41 siswa menjawab ya, 21 siswa menjawab tidak, 38 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP Negeri 20 malang dapat mengenali jajanan yang mengandung formalin dan boraks.
Pada nomor 16 dengan soal “Apakah Anda sering mengkonsumsi jajanan di luar sekolah SMP Negeri 20 Malang?”  33 siswa menjawab ya, 20 siswa menjawab tidak, 47 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil siswa SMP Negeri 20 malang tidak sering mengkonsumsi jajanan diluar SMP Negeri 20 Malang.
Pada nomor 17 dengan soal “Apakah Anda dapat melakukan pengujian sendiri untuk mengetahui jajanan yang mengandung formalin dan boraks?” 21 siswa menjawab ya, 49 siswa menjawab tidak dan 30 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpuikan bahwa sebagian siswa SMP Negeri 20 malang tidak dapat melakukan pengujian kandungan formalin dan boraks.
Pada nomor 18 dengan soal “Apakah orang tua Anda sudah dapat mengenali adanya formalin dan boraks dalam makanan?”  45 siswa menjawab ya, 21 siswa menjawab tidak dan 34 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian orang tua siswa SMP Negeri 20 Malang dapat mengenali adanya formalin dan boraks dalam jajanan.
Pada nomor 19 dengan soal “Apakah Anda akan tetap membeli apabila jajanan tersebut mengandung formalin dan boraks?” 15 siswa menjawab ya,  52 siswa menjawab tidak, 33 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa SMP Negeri 20 malang tidak membeli jajanan bila ditemukan mengandung formalin/boraks.
Pada nomor 20 dengan soal “Apakah sosialisasi tentang bahaya formalin dan boraks dalam jajanan di SMPN 20 perlu dilaksanakan?” 76 siswa menjawab ya, 8 siswa menjawab tidak, 18 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan sosialisasi di SMP Negeri 20 Malang mengenai bahaya formalin dan boraks.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar